Jumat, 03 April 2020

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PMK.04/2020 TENTANG KAWASAN INDUSTRI HASIL TEMBAKAU



Untuk meningkatkan pengawasan dan pelayanan di bidang cukai serta perekonomian daerah, dapat dibentuk Kawasan Industri Hasil Tembakau yang diperuntukan bagi Pengusaha Pabrik dengan skala industri kecil dan menengah. Pengertian industri kecil dan menengah sebagaimana dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan oleh menteri menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian. Pengusaha Pabrik di dalam Kawasan Industri Hasil Tembakau diberikan kemudahan berupa:
a.    perizinan berusaha;
b.    perizinan berusaha;
c.    penundaan pembayaran cukai

Kemudahan perizinan berusaha sebagaimana dimaksud, berupa pengecualian dari ketentuan memiliki luas paling sedikit 200 (dua ratus) meter persegi untuk lokasi, bangunan, atau tempat usaha, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai NPPBKC berupa kerja sama yang dilakukan untuk menghasilkan barang kena cukai berupa hasil tembakau dalam bentuk batangan.
Kerja sama untuk menghasilkan barang kena cukai berupa hasil tembakau dalam bentuk batangan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.    dilakukan oleh Pengusaha Pabrik yang berada di dalam 1 (satu) Kawasan
Industri Hasil Tembakau yang sama; dan
b.    dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama.

Kemudahan berupa penundaan pembayaran cukai, diberikan dengan ketentuan:
a.    menggunakan jaminan bank; dan
b.    jangka waktu penundaan 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
dokumen pemesanan pita cukai.

Jangka waktu penundaan 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal dokumen pemesanan pita cukai :
a.    pengemasan barang kena cukai berupa hasil tembakau dalam kemasan
untuk penjualan eceran dan pelekatan pita cukai; dan/atau
b.    dengan Pengusaha Pabrik di luar Kawasan Industri Hasil Tembakau.

Peraturan lebih lanjut dapat dilihat disini